ﺑﺎﺳﻢ ﺍﻵﺏ ﻭﺍﻻﺑﻦ ﻭﺍﻟﺮﻭﺡ ﺍﻟﻘﺪﺱ، ﺍﻹﻟﻪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ، ﺁﻣﻴﻦ
Beribadah
karena Surga dan Neraka???
Salamu lakum fil Mahabbatil Masih
(Damai sejahtera bagimu dalam Kasih Kristus).
Saudara-saudariku
yang terkasih di dalam Kristus kali ini saya akan mengajak kita sekalian untuk
merenungi apa yang sesungguhnya menjadi tujuan kita di dalam beribadah kepada
Allah. Saudara, banyak orang selalu berkata melakukan ini itu supaya kelak
dapat masuk ke dalam sorga dan dengan demikian dapat menikmati segala
kenyamanan sorga. Misalnya di dalam sorga itu dikatakan bisa minta buah apapun
dituruti, minta makanan enak apapun terkabul, ingin kalung emas, gelang emas
dituruti, minta istri cantik dari golongan bidadari dituruti, dst. Di sisi lain
ada orang yang melakukan ibadah karena sungguh takut akan neraka, takut kalau
tidak melakukan ini dan itu kelak akan masuk ke dalam api neraka kekal nan
dahsyat. Karena saking takutnya mereka melakukan apa yang sekiranya dapat
membawanya masuk ke dalam sorga itu, sorga dimana ada sungai yang indah dan
tempat-tempat yang nyaman. Maka dengan demikian jenis kedua ini merasa bahwa
dengan melakukan ini dan itu dia akan terhindar dari api neraka yang
mengerikan. Namun Saudaraku tahukah anda bahwa model ibadah seperti ini adalah
sama dengan ilustrasi yang akan saya buat di bawah ini...
Suatu
hari ada seorang pria yang belum menikah bernama P, P ini berasal dari keluarga
yang sederhana. Suatu ketika dia mendengar cerita dari temannya bahwa di desa
tetangga ada seorang gadis kaya bernama S. Mendengar cerita dari temannya itu P
berkata dalam hatinya,"Wah alangkah bahagia dan nyamannya jika aku bisa
menikahi S, dengan menikahinya aku dapat hidup mewah dan nyaman, apapun yang
kuinginkan pasti terwujud, naik mobil mewah, kamar yang empuk, segala jenis
makanan ada, barang elektronik mewah, dll hmmmmmmm....... Baiklah saya akan
merayunya dan melakukan apapun yang baik kepadanya supaya dia nanti mau aku
nikahi.” Tahukah Saudara-saudariku mereka berdua akhirnya menikah. Dalam
pernikahan itu P bahagia karena orientasinya untuk mendapatkan harta dan segala
kenikmatan (fasilitas hidup mewah) terpenuhi, tapi jauh di lubuk hati S sangat
merasa sedih karena dia sadar bahwa selama ini ternyata P hanya menginginkan
hartanya dan bukan sebuah persatuan cinta kasih dengannya. Atau ilustrasi
seorang anak tiri yang diancam oleh ayah dan ibu tirinya kalau tidak melakukan
ini dan itu akan dianiaya dan dibuang, maka akhirnya anak ini karena takutnya
melakukan apapun yang diinginkan oleh orangtua angkatnya. Ketika anak ini sudah
melakukan ini dan itu akhirnya dia mendapatkan upah yang tidak seberapa.
Saudara-saudariku yang terkasih di dalam Kristus, pada mulanya manusia hidup
berdampingan dengan Allah Penciptanya dengan damai sejahtera, namun karena
dosa/pelanggaran yang menentang Kehendak-Nya maka manusia terpisah dari Allah
Yang Maha Kudus, karena tidak mungkin yang tidak kudus bersama Yang Kudus.
Itulah sebabnya manusia terpisah dari Allah. Namun karena cinta kasih Allah,
Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia dari dosa karena Allah tidak
dapat berdusta bahwa walaupun kita tidak setia tapi Dia senantiasa setia. Dia
senantiasa mengasihi kita umat-Nya hingga genaplah waktunya Dia mengutus
Firman-Nya yang hidup sebagai jembatan diantara Allah dan manusia, Dialah Yesus
Kristus Sang Firman Allah Yang Satu dengan Allah yang telah nuzul (turun) ke
dunia untuk menyelamatkan kita. Alkitabul Muqoddas berkata"Fil bad-i
kaanal Kalimah, wal Kalimatu kaana 'indal-lah, wa kaanal Kalimatul-lah. Hadzaa
kaana fil bad-i 'indal-lah. Kullu syai-in bihi kaan, wa bighayrihi wa lam yakun
syai-un mimmaa kaan. Wal Kalimatu
shooro Jasadan wa halla baynana (Pada mulanya adalah Firman, Firman itu
bersama-sama dengan Allah. Dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala
yang telah dijadikan. Dan Firman itu telah menjadi Manusia (Yesus) dan tinggal
diantara kita)." Jadi Saudaraku Allah telah mengasihi kita sehingga Ia
rela mengosongkan Diri-Nya untuk berinkarnasi menjadi Manusia demi keselamatan
kita. Maka apa tanggapan kita? Kita bebas memilih dengan kehendak bebas yang
kita miliki, menerima atau menolak? Maka Saudaraku jika Allah telah sedemikian
mengasihi kita dan menghendaki supaya kita bersatu kembali dengan-Nya masakan
kita menolak tawaran persatuan dengan-Nya? Dia juga berkata,"Hatta haytsu akuunu Anaa takuunuuna antum aydhaan (Supaya di
tempat dimana Aku berada kamu pun juga berada)." Ini menegaskan bahwa
persatuan kita dengan-Nya adalah yang utama dan pertama dan ini menjadi
Kehendak-Nya. Oleh karena itu Saudara-saudariku yang terkasih sebagai umat yang
beriman kepada-Nya sudah semesthinya kita menanggapi tawaran-Nya untuk bersatu.
Lalu apa yang harus kita lakukan?...
Saudaraku Alkitabul Muqoddas berkata,"Allahu
Mahabbah, wa man yatsbut fil-mahabbati yatsbut fil-Lahi wal-Lahu fihi (Allah
adalah kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih tinggal di dalam Allah dan
Allah di dalam dia)." Firman ini mengajarkan kepada kita bahwa kita harus
hidup di dalam kasih jika kita ingin Allah ada di pihak kita, jika kita ingin
Allah bersama kita, jika kita ingin Allah senantiasa ada di dalam kita. Kita
adalah pengikut Allah yang adalah kasih maka sudah semesthinya kita meneladani
kasih dengan merealisasikan perbuatan cinta kasih kepada Allah dan sesama kita
di dalam hidup sehari-hari. Dari sini jelas bahwa orang beriman hendaknya
melakukan perbuatan baik, amal kasih bukan berorientasi pada pahala dan pahala
atau upah dan upah atau kenyamanan atas segala fasilitas sorga milik Allah tapi
karena hatinya mencintai Allah dan rindu ingin kembali bersatu dengan-Nya.
Inilah iman Kristiani yang sejati, orientasinya bukan Sorga tapi persatuan
kembali dengan Allah yang dicintai dan yang dirindukan, Allah yang adalah
Kasih. Jika kita berorientasi pada segala pahala fasilitas kenyamanan sorga
ataupun takut akan neraka, itu sama halnya kita melakukan perbuatan baik
seperti ilustrasi seorang pria yang menikahi gadis kaya demi hartanya dan bukan
karena persatuan cinta kasih antara pasangan. Demikian juga saya percaya bahwa
ibadah karena berorientasi kepada pahala sorga dan menomor-duakan Pemilik sorga
itu sendiri hal itu tidak berkenan kepada Allah dan bahkan mendukakan Ar-Ruh
Al-Quddus-Nya. Saudara-saudariku marilah kita meladani Raja Israel dan Nabi,
Daud yang berkata,"Hanya dekat Allah saja jiwaku tenang, Dialah
keselamatanku." Raja tidak berkata tentang istri cantik di sorga, gelang
emas, kalung emas, buah-buahan, makanan lezat, air susu, dst yang menjadi
orientasinya tetapi Allah yang mereka sebut Ha-Syem/Adonai/YHWH yang menjadi
orientasi dalam hidup saat ini dan juga di kehidupan selanjutnya. Itulah
sebabnya juga Robbi Yasu'a Al-Masih (Tuhan Yesus Kristus) mengatakan sesat
kepada mereka yang menganggap ada kawin dan dikawinkan di kehidupan yang akan
datang melainkan manusia akan hidup bagaikan malaikat. Malaikat yang senantiasa
gembira hatinya karena bersatu dengan Allah dan memuji-Nya senantiasa,
sebagaimana para Malaikat Kerubim dan Serafim yang tak henti-hentinya memuji
Dia dengan berkata,’’Kudus kudus kuduslah TUHAN SEMESTA ALAM langit dan bumi
penuh dengan kemuliaan-Mu.”
Dengan
renungan ini maka marilah Saudara-saudariku yang terkasih di dalam Al-Masih Yasu'a (Kristus Yesus) kita
bertobat, jika di dalam hidup ini kita melakukan ibadah hanya karena rutinitas,
menginginkan upah/pahala kenyamanan sorga/menganggap sorga dapat ditukar dengan perbuatan baik atau juga beribadah hanya karena takut akan neraka dan melupakan tujuan kita, yakni Allah. Maka marilah kita mendasari ibadah kita kepada-Nya karena kita mencintai-Nya, kita dasari ibadah kita dengan ketulusan, keikhlasan, dan
sebagai pengikut Allah yang adalah kasih kita sudah semesthinya mendasari
ibadah kita juga dengan meneladani hidup di dalam kasih, dan yang utama dan pertama yang tidak boleh dilupakan adalah marilah
kita mendasari ibadah kita dengan orientasi
mahabbah (cinta) kita yang rinduuuuuuuuuuuuu ingin kembali bersatu
dengan-Nya. Berkat Allah semoga memampukan kita untuk hidup seturut dengan
Kehendak-Nya. Amiiin.
Kemuliaan
kepada Bapa dan Putra sdan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, dan
selalu serta sepanjang segala abad. Amin.