Selasa, 05 Januari 2021

Apakah diantara umat Masihiy/Masihiyyin (Kristen) dan Islam sama dalam memaknai kata "Allah"?

Apakah diantara umat Masihiy/Masihiyyin (Kristen) dan Islam sama dalam memaknai kata "Allah"?


 

Salamu lakum fil Mahabbatil Masih

ﺑﺎﺳﻢ ﺍﻵﺏ ﻭﺍﻻﺑﻦ ﻭﺍﻟﺮﻭﺡ ﺍﻟﻘﺪﺱ، ﺍﻹﻟﻪ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ، ﺁﻣﻴﻦ
 
          Saudari-saudara yang terkasih di dalam Kristus Sang Juruselamat Dunia, dewasa ini terlalu banyak iman Kristen maupun referensi-referensi terkait iman Kristen diklaim dengan interpretasi/tafsir secara serampangan oleh banyak orang di luar iman. Ayat-ayat suci Alkitab Al-Muqoddas, baik itu dari kata maupun kalimat sering dicomot-comot dan ditafsirkan secara ngawurologi dengan keluar konteks oleh banyak orang diluar iman dengan tujuan pembenaran keyakinan mereka. Namun dalam pembahasan kali ini, penulis hanya akan fokus mengangkat salah satu hal yang disalahpahami berkaitan dengan kata 'Allah' dalam Alkitab Al-Muqoddas kita yang terjemahan bahasa Indonesia maupun terjemahan bahasa Arab yang menggunakan kata 'Allah'. Adapun tafsir ngawur tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Pak Kainama yang mengkait-kaitkan kata 'Allah' dalam Kitab Suci kita dengan kata 'Allah' dalam referensi agamanya. Dengan begitu dia mencari sesuap pembenaran untuk agamanya. Namun faktanya benarkah yang dikatakan oleh Pak Kainama? Benarkah umat Masihiy/Masihiyyin (Kristen) maupun umat Yahudi sama dalam memaknai kata 'Allah'???????? Inilah yang akan penulis bahas dari sudut pandang baik Masihiyyah maupun Yahudiyyah.
          Umat Masihiyyin maupun Yahudi pada dasarnya SANGAT BERBEDA dengan umat Muslim dalam memaknai kata 'Allah'. Umat Yahudi dan Masihiyyin TIDAK MEMAKNAI kata 'Allah' sebagai nama diri sebagaimana orang-orang Islam. Bahkan Para Nabi yang notabene anak-anak dan cucu-cicit Yakub/Israel tidak berbahasa Arab dan tidak pula mengenal dan menyebut kata 'Allah'. Tuhan Yesus Kristus dan Para Rasul pun tidak menggunakan kata 'Allah'. Hal itu dapat dibuktikan dari peninggalan Para Nabi dan Para Rasul maupun Para Murid Yesus, yakni Alkitab Al-Muqoddas. Alkitab Al-Muqoddas Perjanjian Lama yang adalah peninggalan Para Nabi di dalamnya berbahasa bahasa Ibrani, sedangkan Alkitab Al-Muqoddas Perjanjian Baru yang merupakan peninggalan Rasul-Rasul Yesus dan Para Murid-Nya dengan menggunakan bahasa Yunani, karena pada zaman itu bahasa Yunani merupakan lingua franca. Namun mereka juga berbahasa lokal, yakni bahasa Aram. Jadi dalam dinamika hidup dari Para Bapa Bangsa (Leluhur Bangsa Israel), Nabi-Nabi Israel, Para Nabiyah Israel, Para Kahana/Kahin (Imam-Imam) Israel, Para Hakim, Para Raja Israel, seluruh umat pilihan Israel, Yesus, Nabi Yohanes Pembaptis, dan Para Rasul tidak menggunakan kata 'Allah', bahkan dapat dikatakan tidak mengenal kata tersebut. Lalu mengapa dalam perkembangannya umat Masihiyyin dan Yahudi menggunakan kata Allah? Hal itu berawal dari adanya umat Kristen Arab dan adanya umat Yahudi yang hijrah ke Arab jauh ratusan tahun sebelum adanya agama Islam. Iman akan Yesus (Kristiani) sendiri sudah ada di abad pertama dan karena pewartaan Para Rasul itulah banyak orang Arab menjadi Kristen (Kis. 2:11-41). Sedangkan seturut sejarah, Islam baru muncul pada abad ketujuh. Inilah sebab yang mengawali digunakannya kata 'Allah' dalam Kekristenan. Itu dapat dibuktikan dengan adanya inskripsi sebelum jaman Islam, misal di antaranya seperti inskripsi di reruntuhan gereja di Umm al-Jimmal, Yordania Utara sekitar awal abad ke 6 M yang diawali dengan kata "Allah Ghofran (Allah Mengampuni)". Begitu juga dengan Yahudi yang hijrah-tinggal di Arab menggunakan kata 'Allah'. Namun yang PERLU DICATAT dan MENJADI PERHATIAN kita semua adalah bahwa umat Masihiyyin dan Yahudi tidak memaknai kata 'Allah' sebagai NAMA DIRI SANG PENCIPTA sebagaimana kaum Islam, tidak samasekali! Mereka memaknainya sebanding dengan kata Elohim yang tunggalnya adalah Eloah ataupun memaknainya sebanding dengan kata Theos dalam bahasa Yunani maupun kata Alaha/Aloho dalam bahasa Aram yang artinya adalah sebatas GOD/The God/Sesembahan/Sang Sesembahan/Dia yang Disembah. Tidak lebih dari itu! Jadi masih umum. Sungguh pun TUHAN SEMESTA ALAM itu lebih agung dari segala apa pun di alam semesta ini. Tidak ada yang setara dengan Dia. Tiada yang menyamai Dia. Dia terlalu besar untuk dibandingkan dengan segala ciptaan-Nya. Dia tidak sebanding dengan ciptaannya yang memiliki nama, oleh karena itulah Dia dalam Hakikat Keilahian-Nya tiada bernama. TUHAN SEMESTA ALAM memang tidak bernama. Tatkala Dia ditanya oleh Nabi Musa perihal nama-Nya, Dia tidak menjawab bahwa Nama-Nya ini maupun itu. Tidak!! Jawab-Nya bahwa Dia adalah YHWH yang bermakna Ehyeh Asyer Ehyeh Ego Eimi Ho On AKU ADA YANG AKU ADA (Kel. 3:13-15). Dia mengatasi segala nama. Tidak ada suatupun yang lebih besar daripada-Nya. Dia Sang Ada sebelum segala sesuatu ada. Adanya segala yang ada berasal dari Dia Yang Ada dan Sudah Ada sebelum apa-apa ada, Yang Maha Kuasa (Why. 1:8), maka pernyataan YHWH Ehyeh Asyer Ehyeh inilah yang dalam sejarah dikenal oleh Para Bapa Bangsa (Leluhur Bangsa Israel), Para Nabi, Para Nabiyah, Para Kahana/Kahin (Imam-Imam), Para Hakim, Para Raja, dan umat Yahudi. Itu bukan nama sebagaimana nama-nama manusia, karena sekali lagi Sang Pencipta dengan segala keagungan-Nya tiada bernama. Empat Huruf Sakral Ibrani, yakni "YHWH (YHVH) merupakan pernyataan Hakikat Ilahi. Kalau pun ingin disebut nama, maka itulah NAMA KEAGUNGAN yang menjelaskan keagungan Sang Pencipta dan bukan sekedar nama-nama yang disematkan pada manusia. YHWH NAMA KEAGUNGAN tersebut bagi umat Yahudi sangatlah sakral. Hal tersebut nampak bagaimana hingga hari ini mereka tidak berani melafalkannya, tetapi setiap kali menjumpai KATA tersebut di dalam Kitab Suci dibacanya dengan 'Adonay (Tuanku)' maupun 'Ha-Syem (Sang Nama)'. Kembali ke istilah "Allah". Istilah ini dalam seharah Tradisi Kristen maupun Yahudi digunakan sebatas sebagai general name. Lebih mudah dipahaminya begini, bahwa umat Masihiyyin dan Yahudi memiliki Sang Sesembahan/God/Allah/Theos yang memiliki NAMA KEAGUNGAN YHWH. Adapun dalam iman Kristen, hakikat YHWH yang Esa ini dalam Dzat keesaan-Nya berdiam dalam kekekalan Firman (YESUS) dan Ruh-Nya. Hanya Dialah SANG SESEMBAHAN SEJATI. Una substantia Tres Personae discresi non separate, distinsti non divisi (1 Hakikat 3 Uqnum, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan, memiliki kekhasan masing-masing namun tidak terbagi-bagi). Dan Firman YHWH Yang Kekal itulah yang nuzul ke dunia sebagai Manusia Kudus nan Sempurna yang dinamai YESUS. Maka jika Pak Kainama menyamakan kata Allah dengan kata Elohim/Eloah karena didasari kitab terjemahan umat Yahudi dan Kristen yang menggunakan kata 'Allah', jangan bangga dulu, sebab baik umat Masihiyyin maupun Yahudi memaknai kata 'Allah' secara umum sebanding dengan kata Elohim saja dan BUKAN MERUJUK kepada NAMA KEAGUNGAN TUHAN yang adalah YHWH. Itulah faktanya!
          Sekali lagi yang perlu menjadi catatan adalah bahwa sebenarnya dari awal, umat Kristen Arab, umat Kristen Aram, dan umat Yahudi sudah paham dan memaknai kata Allah/Aloho/Alaha/Theos sebagai SEBUTAN BUKAN NAMA dan yang mana SEBUTAN tersebut diarahkan kepada satu-satunya God/Tuhan/Sesembahan yang benar. Kata "Allah" dari awal sudah dikenal dan dihidupi oleh umat Kristen semitik jauh sebelum adanya agama Islam, kalau pun pada akhirnya Islam mematenkan sebutan "Allah" sebagai nama diri sesembahannya, terserah mereka. Toh juga tidak mengusik keimanan kita, karena kita tahu kata itu hanya sebatas kata yang umum/gelar/sebutan saja. Pemimpin Kanisat al-Qibthiyyah al-Urtsudzukiyyah (Gereja Ortodoks Oriental Koptik), Romo Al-Baba Syinudah Ats-Tsalits Nazhir Jayd Rofail pun menegaskan bahwa kata "Allah" ini BUKAN NAMA melainkan SEBUTAN sebagaimana 'God' dalam bahasa Inggris. 
          Namun ada hal yang perlu diperhatikan oleh kita semua. Sebenarnya jikalau diamati penggunaannya dalam bahasa Semitik, memang ADA DUA JENIS KATA SEBUTAN TAPI BUKAN NAMA.  Apakah itu? Pertama SEBUTAN KHUSUS yakni kelompok kata yang TIDAK BISA dijadikan kata benda secara berulang dalam arti jamak, misalnya kata: kawan-kawan, raja-raja, nabi-nabi, rosul-rosul, tomat-tomat, kacang-kacang, dst. Dan tidak pula bisa diikuti kata kepemilikian seperti kata: kawanku, rajaku, nabiku, dst. Inilah kelompok kata: Elohim/Eloah/Alaha/Aloho/Allah yang tidak bisa diulang lagi atau diikuti kata kepemilikan. Contohnya kalau sudah digelari Sang Tomat berarti ya hanya tomat itu saja, tidak bisa menjadi sang tomat-sang tomat ataupun sang tomatku. Oleh karena itulah kata Elohim/Eloah/Alaha/Aloho tidak seharusnya dijadikan kata benda berulang ataupun kata benda yang diikuti kata kepemilikan sebagaimana yang tertulis dalam terjemahan Alkitab Al-Muqoddas bahasa Indonesia saat ini. Jadi secara gramatikal kata sebutan ini tidak tepat jika menjadi: Allah-allah, Allahku, Allahmu, Allah kita, Allah mereka. Jikalau dijadikan kata benda berulang maupun diikuti kata kepemilikan yang tepat digunakan SEBUTAN UMUM. SEBUTAN SECARA UMUM dari bahasa Ibrani ataupun bahasa Arab ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang dapat diulang maupun diikuti kata kepemilikan itu seperti misalnya kata "Eloh atau Ilah" yang artinya sesembahan/tuhan/god, namun kata ini juga bisa ditujukan kepada tuhan berhala (baal, asytoret, dst). Eloh atau ilah ini bisa diulang sebagai kata benda dengan bentuk jamak seperti: tuhan-tuhan/ilah-ilah. Bisa juga diikuti kata kepemilikan seperti: ilahku, tuhanku, elohku, ilah mereka, tuhan mereka, eloh mereka, dst.
          Kristen dan Yahudi oleh karena itu sangat berbeda di dalam memaknai kata 'Allah'. Bagi orang-orang Islam kata 'Allah' dimaknai sebagai nama diri tuhan namun bagi Kristen dan Yahudi yang sangat dekat dengan Para Bapa Bangsa (Leluhur Bangsa Israel), Para Nabi, Para Nabiyah, Para Kahana/Kahin (Imam-Imam), Para Hakim, Para Raja Israel, dan Para Rasul, kata 'Allah' hanya digunakan/dimaknai sebagai kata ganti dalam bahasa Arab yang sepadan dengan kata Elohim yang bukan nama. Sekali lagi dalam perspektif Kristen maupun Yahudi gampangannya begini, Elohim/Alaha/Aloho/Allah/Sang Sesembahan Yang Benar hanya memiliki NAMA KEAGUNGAN YANG MENJELASKAN HAKIKAT BETAPA AGUNG KEILAHIAN-NYA yang adalah "YHWH/Ehyeh Asyer Ehyeh. YHWH inilah Elohku, Elohmu, Ilahku, Ilahmu, Sesembahanku, Tuhanku, Tuhanmu dan YHWH itu tidak sama dengan ilah-ilah lain/tuhan-tuhan lain/sesembahan-sesembahan lain/dewa-dewa lain, sebab sejatinya tidak ada berhala di dunia dan tidak ada sesembahan lain dari pada Sesembahan yang esa (Kor. 8:4) selain daripada YHWH. Jadi sekali lagi, tidak seharusnya dalam Alkitab Al-Muqoddas terjemahan bahasa Indonesia ada terjemahan kata allah-allah/elohim-elohim, allahmu, allahnya, allah mereka, allah kalian, dst. Sebab sekali lagi kata Allah/Elohim/Alaha adalah SEBUTAN KHUSUS yang berdiri sendiri tanpa pengulangan dan tanpa diikuti kata kepemilikan.

Kesimpulannya adalah jika kita merujuk kepada sebutan yang sungguh Tuhan Pencipta langit dan bumi, maka seharusnya SEBUTAN KHUSUS yang digunakan, yakni Elohim/Alaha/Aloho/Allah/Sang Sesembahan itu. Kata SEBUTAN KHUSUS ini jangan dijadikan kata benda berulang maupun diikuti kata kepemilikan. Dan jikalau kita merujuk ke NAMA DIRI TUHAN "Satu-satunya Tuhan Yang Benar/Elohim/Alaha/Aloho/Allah" itu siapa, maka sekali lagi Sang Pencipta itu tidak memiliki nama sebagaimana manusia melainkan NAMA KEAGUNGAN "YHWH Ehyeh Asyer Ehyeh" yang menjelaskan betapa agung-Nya Dia. Sungguh pun TUHAN SEMESTA ALAM itu lebih agung dari segala apa pun di alam semesta ini. Tidak ada yang setara dengan Dia. Tiada yang menyamai Dia. Dia terlalu besar untuk dibandingkan dengan segala ciptaan-Nya. Dia tidak sebanding dengan ciptaannya yang memiliki nama.

Apa yang penulis katakan ini sesuai dengan realita bahasa semitik dalam Alkitab Al-Muqoddas Ibrani. Contoh dalam ayat Alkitab Ibrani dikatakan:
Syema (Dengarlah) O Yisrael (Oh Israel): YHWH  (dibaca: ADONAY) eloheynu (sesembahan kita), YHWH ekhad (satu)!

Sedangkan Arabnya dikatakan:
Isma' yaa Isrooil. YHWH (dibaca: AR-ROBBU) ilahuna, YHWH waahid!

          Nampak jelas di sana bahwa dalam Kitab Suci Yahudi maupun Kristen hanya dikenal YHWH. Penulis berharap lembaga penerjemah Alkitab Indonesia seperti LAI, IMB, ILT menggunakan pola penerjemahan ini agar tidak rancu, karena dengan pola penerjemahan ini akan semakin menjelaskan bahwa syahadat Yahudi itu tidak sama dengan syahadat islam. Syahadat iman Yahudi yang dilanjutkan iman Kristen menegaskan bahwa Tuhannya Tang Esa memiliki NAMA KEAGUNGAN yang adalah "YHWH Ehyeh Asyer Ehyeh" dan bukan allah swt, sebab sekali lagi bagi Kristen dan Yahudi kata 'allah' bukanlah nama.

          Itulah fakta bahwa dalam sejarah Para Nabi, Para Nabiyah, Para Kahana/Kahin, Para Hakim, Para Raja Israel, dan Para Rasul, kata "Allah" tidak pernah dimaknai sebagai Nama Diri Sang Pencipta. Jika kata 'Allah' ini dipaksakan sebagai nama, dalam pandangan umat Kristen Arab namanya adalah "LAH". Perbandingan katanya sebagai berikut:

اَللَّهِ= Allah/Al-Lah

اَللَّاوِيِّينَ= Allawiyyiin/Al-Lawiyyiin

اَلتَّكْوِينُ= Attakwiin/At-Takwiin

Jika Lam setelah Alif masing-masing dihidupkan dengan Lam mati berarti menjadi Al-Llah, Al-Llawiyyin, Al-Ttakwin. Namun jika masing-masing alif, lam mati, dan syaddah/tasydidnya dibuang maka menjadi kata Lah, Lawiyyin, dan Takwin. Menurut penulis inilah bukti bahwa kata "Allah" sejatinya bukan nama diri, sebab terlihat dengan sangat jelas polanya sama dengan kata sebutan yang lain. Apalagi diperkuat dengan pemaknaan oleh umat Kristen Arab yang sejatinya lebih berhak atas kata ini juga tidak memaknainya sebagai nama. Namun sekali lagi jika diasumsikan sebagai Nama Diri, berarti NAMANYA ADALAH "LAH", sebab huruf alif, lam mati, dan syaddah/tasydidnya yang menjadikan kata Al, At, Asy, Ash, dst adalah kata sandang sebagaimana juga kata At -Takwiin yang mana At-nya adalah kata sandang, maka hanya menjadi kata "Takwiin" atau Al-Lawiyyiin menjadi Lawiyyiin saja. Lagipula jikalau kata "Allah" itu adalah nama diri sebagaimana Bambang, Rina, Tomas, Diana, DST, maka nama-nama itu haruslah di depannya dikasih tambahan Al-Bambang, Ar-Rina, At-Tomas, Ad-Diana donk! Tidak terkecuali juga nama-nama tokoh Alkitab juga digunakan kata sandang Ibrani di depannya menjadi Ha-Yesyua, Ha-Avraham, Ha-Yitshak, Ha-Solomon, Ha-Obadiah, Ha-Yakhov, Ha-Yokhanan, dst. Sedangkan yang Arabiknya menjadi Al-Yasu'a, Al-Ibrohim, Al-Ishaq, Al-Sulayman, Al-'Ubadya, Al-Ya'qub, Al-Yuhanna, dst. Sekarang kita lihat fakta. Fakta berbicara bahwa yang menggunakan kata sandang hanyalah kata-kata yang sebutan (gelar) seperti misalnya: Ha-Masyiakh/Al-Masih/Sang Kristus maupun Al-Mukhollish/Sang Juruselamat. Jadi inilah bukti mengapa kata "Allah" itu bukan nama diri dalam pandangan Yahudi dan Kristen.

Pada akhirnya setiap umat beragama bebas dengan keyakinan maupun pandangannya. Kristen dan Yahudi seperti ini dengan pandangannya dan begitu pula dengan Islam dengan pandangannya. Yang terpenting setiap umat beragama yang berbeda iman saling menghormati dan tidak saling memaksakan keyakinan maupun pandangannya, apalagi menganiaya dan membunuh karena perbedaan iman maupun pandangan tersebut. Jangan sampai! Sang Pencipta itu kasih. Barangsiapa tinggal di dalam kasih tinggal di dalam Sang Pencipta dan Sang Pencipta di dalam dia. Jika Anda tinggal di dalam kebencian dan menganiaya serta membunuh sesama Anda, tentu Anda tidak ada di dalam Sang Pencipta maupun Sang Pencipta ada di dalam Anda, melainkan Anda ada di dalam Asy-Syayathin/Asy-Syaithon/Iblis.

Semoga YHWH yang kita kenal dalam Firman-Nya, Tuhan Yesus Kristus senantiasa menerangi kita. God bless us☩


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.