Sabtu, 25 Februari 2023

ASH-SHOUM AL-KABIIR

MASA PRAPASKAH


Bismil Aab wal Ibn war Ruuhil Qudus, Al-Ilahil Waahid. Aamiin.

باسم الآب والابن والروح القدس، الإله الواحد، آمين

Prapaskah= Pertaubatan dengan laku askese (bermati raga).

כִּי-עָפָר אַתָּה, וְאֶל-עָפָר תָּשׁוּב

Ki-'afar attah, we-el-'afar ttasyuv

لِأَنَّكَ تُرَابٌ، وَإِلَى تُرَابٍ تَعُودُ

Li-annaka turoob, wa ilaa turoobin(g) ta'uud

Artinya:

sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.

(Beresyit/At-Takwiin/Kejadian/Purwaning Dumadi 3:19)

1. PUASA

DUA CARA PUASA KRISTIANI

Pertama,Tidak makan maupun minum barang sedikit pun dari tengah malam hingga matahari terbenam. Selama 40 hari.

Kedua, Makan kenyang satu kali sehari. Di luar itu boleh makan dan minum namun tidak kenyang. Selama 40 hari.


2. PANTANG

Berpantang dengan mengurangi atau meninggalkan hal-hal maupun aktivitas yang disukai: merokok, nongkrong, klayapan, ngemil, ngafe, bermain gadget (hp, tablet, laptop, dst), nonton tv, makanan-makanan yang mengandung lemak hewani, DST.


3. INTENSITAS DOA MENINGKAT

Tingkatkan intensitas doa (Misa, Doa Pribadi, Devosi Pribadi, Ibadat, Misa). Jika orang Kristen Katolik memiliki kewajiban doa pribadi 2-3 kali sehari maka perlu ditingkatkan.


4. PEMBACAAN FIRMAN TUHAN

Membaca Firman Tuhan dalam Alkitab lebih sering agar semakin mengerti Kehendak-Nya.


5. MENYISIHKAN UANG MAKAN

Sisihkan uang makan oleh puasa kita untuk amplop APP guna membantu Saudara-saudari kita yang membutuhkan.


6. PERBUATAN BAIK

Meningkatkan maupun memperbanyak perbuatan baik kepada sesama manusia.

Puasa pada hakikatnya adalah hubungan diantara Allah dan manusia dan manusia dengan manusia, bukan hubungan diantara manusia dengan makanan. Seiring dengan tidak makan dan minumnya kita serta berpantangnya kita, diharapkan hati dan akal budi kita pun mengikuti, kita dapat mengendalikan/mengontrol diri maupun mentransformasi hati dan akal budi agar semakin tertuju kepada Allah dan Kehendak-Nya. Oleh karena itu puasa adalah waktu yang lebih difokuskan untuk kerohanian dan hidup bagi sesama. Ibarat roh berkata kepada daging,"Ini waktuku dan bukan waktumu". Setahun ada 365 hari, kita gunakan 40 hari untuk lebih memfokuskan diri pada Kekasih Ilahi kita dan Kehendak-Nya.


Seorang Santo pernah berkata,"Mereka yang tidak berpuasa mulutnya dari makanan, berpuasa lidahnya dari perkataan-perkataan jahat/sia-sia, dan berpuasa hatinya dari syahwat/nafsu kedagingan, maka puasanya adalah kosong". Bahkan lebih ekstrim lagi dikatakan bahwa dia yang tidak pernah berpuasa maka dia tidak pernah berhenti dari berbuat dosa. Bukan berarti orang yang berpuasa adalah orang yang tidak pernah berdosa atau orang yang berpuasa adalah selalu orang-orang yang benar, melainkan dengan berpuasa kita yang penuh kelemahan ini menyadari akan kerapuhan kita, mengekang diri kita, mengekang segala nafsu yang berpotensi menjatuhkan diri kita pada berbagai jenis dosa sehingga melaluinya kita dapat didamaikan dengan Allah dan semakin memiliki hubungan yang semakin erat dengan-Nya. Dengan demikian TUHAN berjanji bahwa terang kita akan merekah seperti fajar dan luka kita akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depan kita dan kemuliaan TUHAN barisan belakang kita. Kita akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, kita akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila kita tidak lagi mengenakan kuk kepada sesama dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila kita menyerahkan kepada orang lapar apa yang kita inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terang kita akan terbit dalam gelap dan kegelapan akan seperti rembang tengah hari. 

TUHAN akan menuntun kita senantiasa dan akan memuaskan hati kita di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatan kita; kita akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan (Yes. 58:8-11). 


Puasa yang benar semakin membuat kita rendah hati, penuh kasih, mengendalikan diri (perkataan, pikiran, perbuatan), sabar, memberikan diri bagi sesama, dan hidup dalam segala buah-buah roh. Puasa yang tidak benar adalah seperti contoh puasa yang dilakukan oleh beberapa orang Farisi di zaman Yesus maupun beberapa orang Yahudi dalam Kisah Para Rasul, yakni: merasa tinggi hati, merasa lebih suci dibanding yang lain, mengubah air muka dengan tujuan agar dipuji orang, menghakimi, dan memiliki motivasi jahat (Lih. Luk. 18:10-14; Mat. 6:16; Kis. 23:14).


Tambahan: Hari Minggu tidak berpuasa dikarenakan Dies Domini/Yaumur Robb (Hari Tuhan) atau Hari Kemenangan.


Duc in Altum

Dominus vobiscum..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.